Proses Pengguguran Daun pada
Tumbuhan
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.
Soedradjad. Respon tanaman terhadap cekaman tanaman. 07 Juni 2011. 12.33 WIB. Soedradjad.faverta@unej.ac.id.
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wawan A Setiawan. 07 Juni 2011. 12.45 WIB. Zat Pengatur Tubuh. http://www.google.co.id/ZPT-dalam-Pertumbuhan-dan-Perkembangan.
Penguguran
daun merupakan fenomoena yang dialami oleh setiap tumbuhan. Pengguguran daun
atau yang juga absisi terjadi dalam rangka perubahan keadaan pada pangkal
tangkai dan helaian daun. Pengguguran daun juga dilakukan dengan tujuan
menyediakan tempat bagi daun – daun baru yang akan tumbuh pada musim
selanjutnya. Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor diantarany faktor air,
nutrisi, serta hormon pada tumbuhan. Gugurnya daun tidak hanya dialami oleh
daun tua, namun juga daun – daun yang masih muda.
Pada
tumbuhan gymnospermae dan dicotyledonae, gugurnya daun diawali dengan
terbentuknya zona absisi (daerah pengguguran) pada pangkal tangkai atau helaian
daun. Pada zona ini terdapat berkas – berkas pengangkut yang berukuran lebih
kecil daripada berkas pengangkut yang ada pada organ tumbuhan lainnya, kemudian
tidak ada jaringan penguat seperti kolenkim dan skelerenkim di zona ini. Selain
terdapat berkas pengangkut. di zona ini pula terdapat sel – sel parenkim yang
berdinding tipis, pipih, mengandung tepung, dan sitoplasma yang kental.
Parenkim – parenkim tersebut terbentuk dari pembelahan antiklinal melewati
tangkai daun. Ketika daun akan gugur, lamela tengah diantara beberapa sel
tertentu di daerah distal zona absisi akan terurai. Terurainya bagian dinding
sel ini, menyebabkan keadaan yang tidak seimbang antara daerah proksimal zona
absisi yang semakin membesar dengan daerah distal zona absisi yang terus
mengalami penuaan, dan akhirnya terjadilah pematahan pada pangkal tangkai daun.
Hubungan
Pengguguran Daun dengan Kehidupan Sel Tumbuhan
Penggugurnya
daun tentu akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sel tumbuhan, terutama
sel – sel yang berada disekitar zona absisi. Sebelum daun gugur, sel – sel
disekitar zona absisi mengalami
penguraian pada dindingnya, hal ini terjadi akibat aktifitas enzim – enzim
seperti selulase dan pektinase yang menghidrolisis bagian dinding sel.
Vakuola
pada sel berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan. Sebelum daun akan
gugur, biasanya senyawa – senyawa dalam bentuk asam amino pada daun akan ditranslokasikan pada organ
lain tumbuhan. Hal ini bertujuan agar sumber makanan tidak terbuang sia – sia.
Mitrokondria
merupakan organel pelaksana proses respirasi sel. Dalam pengguguran daun,
mitokondria juga ternyata memiliki peranan dimana pada saat pembentukan enzim –
enzim penghidrolisis dinding sel pada zona absisi, mitokondria akan menjalankan
proses respirasi lebih cepat di daerah proksimal zona absisi. Sebaliknya pada
daerah distal zona absisi, proses respirasi berjalan lambat akibat penuaan sel
yang dialami pada daerah tersebut.
Sel –
sel pada daun menjalankan aktifitas metabolisme seperti fotosintesis dan
respirasi. Ketika sel mengalami kekurangan air, nutrisi, enzim, maupun hormon,
maka akan terhambat proses metabolisme tersebut. Akibatnya sel – sel akan
mengalami kerusakan, begitu pula pada tingkat jaringan hingga organ. Apabila
jaringan daun rusak selanjutnya daun mati dan lama – kelamaan daun akan
digugurkan.
Pengaruh
Nutrisi
dalam Tumbuhan terhadap Pengguguran Daun
Gugurnya
daun dapat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dalam
tumbuhan. Nutrisi ini biasanya berupa unsur – unsur hara mineral yang didapat
dari dalam tanah. Unsur – unsur hara yang mempengaruhi pengguguran daun diantaranya nitrogen (N),
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Molibdenum (Mo).
Nitrogen
(N)
Unsur
nitrogen merupakan komponen – komponen penyusun protein, klorofil, hormon,
enzim, asam nukleat dan senyawa –
senyawa organik lainnya. Unsur N akan membentuk asam – asam amino yang
selanjutnya menjadi rantai protein. Protein tersebut berperan dalam proses
metabolisme sel. Apabila metabolisme sel tidak berjalan maka jaringan akan mati
(nekrosis), daun menjadi kering, dan akhirnya daun gugur. Protein ada pula yang
berperan dalam transport zat seperti protein pada membran. Jika kekurangan
unsur N pada protein membran maka transport zat akan terhambat dan sel tidak
dapat melakukan proses metabolismenya Terhambatnya proses metabolisme tersebut
tentu akan berdampak kembali pada kerusakan dan kematian sel serta jaringan
yang kemudian disertai dengan gugurnya daun. Selain itu, sebagai komponen
penyusun klorofil, kurangnya unsur N menyebakan
klorosis pada daun tua dan akhirnya daun gugur. Unsur Nitrogen juga
merupakan penyusun hormon auksin, sitokinin, etilen, giberelin, dan asam
absisat (ABA). Hormon yang berperan dalam pengguguran daun diantaranya auksin,
etilen, dan asam absisat (ABA).
Fosfor (P)
Fosfor
merupakan bagian dari asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat, ATP dan NADP. Asam
nukleat tersebut menjadi penyusun RNA yang berperan dalam sintesis protein,
kemudian apabila protein tidak dihasilkan maka dapat berdampak pada penuaan sel
dan gugurnya daun. Fosfolipid terdapat pada membran plasma, sehingga apabila
kekurangan unsur P maka transport zat akan terhambat begitu pula proses
metabolisme sel yang akan berdampak pada kematian sel dan jaringan. Jika
jaringan mati, biasanya daun akan mengering dan kemudian gugur.
Kalium
(K)
Unsur
ini berperan serta dalam fotosintesis dan respirasi, dimana unsur ini
mengaktifkan enzim – enzim kedua reaksi tersebut. Sehingga apabila unsur ini
tidak ada maka enzim – enzim tersebut tidak aktif dan proses fotosintesis serta
respirasi tidak dapat berlangsung. Akibatnya daun mengalami nekrotik, kering,
dan mati karena tidak ada pasokan makanan dan energi. Kemudian daun mati dan
gugur.
Kalsium
(Ca)
Unsur
Ca berfungsi dalam sintesis pektin pada lamella tengah, sehingga apabila
kekurangan unsur ini dinding sel pada tangkai daun menjadi lebih mudah rapuh.
Magnesium
(Mg)
Magnesium merupakan penyusun klorofil
dan berperan serta dalam reaksi – reaksi metabolisme energi. Jika tumbuhan
kekurangan Mg maka akan terjadi klorosis dan nekrotik pada daun. Hal ini tentu
akan berpengaruh pada rusaknya daun. Daun – daun yang rusak ini kemudian akan
digugurkan oleh tumbuhan. Kekurangan Mg menyebabkan daun tidak dapat melakukan
fotosintesis, makanan tidak dapat dihasilkan dan proses metabolisme jadi
terhambat. Selanjutnya jaringan daun akan rusak (nekrotik).
Molibdenum (Mo)
Unsur
ini berperan dalam sintesis hormon asam absisat (ABA). Ketika gugus aldehid ABA
dioksidasi menjadi gugus karboksil ABA dibutuhkan koenzim yang mengandung
unsure Mo. Jadi, secara tidak langsung unsur Mo berperan dalam pensistesisan
hormon ABA, dimana hormon ABA merupakan hormon yang juga turut serta dalam
menyebabkan pengguguran daun. Ketika daun akan mulai gugur biasanya pasokan
nitrogen, karbon, fosfor, magnesium yang ada pada daun akan di pindahkan pada
bagian lain tumbuhan dalam bentuk asam – asam amino protein. Pemindahan ini
bertujuan agar unsur – unsur tersebut
tidak terbuang sia – sia dan dapat dimanfaatkan kembali pada saat
pembentukan daun – daun muda. Unsur – unsur tersebut akan dipindahkan ke dalam
vakuola sel – sel parenkim akar, biji, dan bagian muda pada tumbuhan seperti
tunas dan ujung pucuk.
Pengaruh
Air
dalam Tumbuhan terhadap Pengguguran Daun
Air
memiliki peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kekurangan
air pada tumbuhan ternyata bisa berdampak pada pengguguran daun. Ketika akar
dan daun mengalami kekurangan air, akar akan membentuk banyak ABA dan
selanjutnya ABA tersebut akan ditransfer ke daun melaui xilem. Hormon inilah
yang juga menjadi penyebab gugurnya daun.
Berhubungan
dengan proses fotosintesis, kurangnya CO2 di sel penutup menyebabkan
terjadi penimbunan ion K+ pada sel penutup. Hal tersebut akan
menyebabkan potensial osmotik pada sel penutup menjadi negatif. Akibatnya sel
penutup akan menyerap H2O dari sel penjaga dan stomata menjadi
terbuka. Sebaliknya ketika sel mesofil daun mengalami kekurangan air, sel
tersebut akan mensitesis ABA. ABA menyebabkan potensial osmotik di sel tetangga
menjadi negatif, kemudian ion K+ dan H2O berpindah ke sel
tetangga dan stomata menutup. Jadi, kekurangan air pada daun menyebabkan
disintesisnya ABA yang akan berperan dalam pengguguran daun.
Pada
saat musim kemarau tumbuhan akan menggugurkan daunnya. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi penguapan. Banyaknya daun pada tumbuhan akan membuat semakin luasnya
bidang penguapan pada daun. Oleh karena itu agar tumbuhan tidak kehilangan air
terlalu banyak maka bentuk antisipasinya adalah dengan pengguguran daun. Adapun
contoh tumbuhan yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau yaitu pohon jati.
Pada
musim panas, biasanya tumbuhan yang tidak mampu bertahan akan mengalami stress.
Stress tanaman berhubungan erat dengan kekeringan, dimana ketika tanaman stress
maka jalanya pertumbuhan akan terganggu, termasuk tidak maksimalnya pengambilan
air dari dalam tanah. Menurunnya pengambilan air dari dalam tanah tentu membuat
terhambatnya kegiatan metabolisme pada daun dan akibatnya daun - daun menjadi
kuning/coklat dan kering (terbakar). Setelah itu daun – daun akan runtuh atau
gugur.
Pada
musim gugur, daun – daun tampak tidak berwarna hijau. Perubahan warna daun –
daun tersebut dikarenakan terhentinya produksi auksin yang mengakibatkan
penghambatan sirkulasi air dan unsur hara dari tanah. Kurangnya kebutuhan akan
kedua bahan tersebut menyebabkan kemunduran fungsi klorofil sehingga muncullah
zat – zat warna yang ada pada sel – sel daun, misalnya karoten yang menyebabkan
daun berwarna kuning.
Pengaruh Hormon
dalam Tumbuhan
terhadap Pengguguran Daun
Apabila
kita tinjau dari pengaruh hormon dalam tumbuhan, ternyata gugurnya daun dapat
terjadi karena pengaruh hormon – hormon seperti asam absisat (ABA), etilen,
auksin, dan sitokinin.
Hormon
ABA
Hormon
ABA tidak berperan langsung dalam proses pengguguran daun namun hormon ini
bekerja secara tidak langsung, dimana ABA menyebabkan penuaan pada sel – sel
daun sebelum daun tersebut gugur. Hormon ABA dihasilkan di dalam kloroplas dan
plastid. Hormon ini mudah diangkut ke bagian – bagian tumbuhan seperti akar dan
daun. Efek dari hormon ini diantaranya menghambat sintesis protein dan
mengaktifkan serta menonaktifkan gen – gen tertentu dalam transkripsi. Apabila
gen – gen transkripsi tidak aktif maka sintesis protein tidak akan berlangsung
dan tidak ada protein yang dihasilkan. Akibatnya proses metabolisme sel
terganggu, kemudian sel maupun jaringan akan mengalami kerusakan baik dan
berujung kematian. Kematian jaringan ini tentu akan disertai kerusakan daun dan
gugurnya daun.
Hormon
Etilen
Etilen
adalah pemacu pengguguran daun yang paling besar. Hormon ini dapat menyebabkan klorosis, pelayuan dan
gugurnya daun. Banyaknya etilen pada daun mengakibatkan peningkatan aktifitas
enzim – enzim pengurai bagian dinding sel pada zona absisi. Enzim – enzim ini
selanjutnya akan menghidrolisis dinding sel pada zona absisi, akhirnya
terjadilah pematahan pada zona absisi.
Hormon Auksin
Sebenarmnya
pengguguran daun dapat diperlambat, dengan mempertahankan banyaknya konsentrasi
hormon auksin pada daun, tetapi hal yang menjadi penghambat adalah proses
penuaan. Dimana sebaliknya, proses ini mengakibatkan turunnya konsentrasi
auksin dan meningkatkan konsentrasi hormon etilen. Telah kita ketahui dari
penjelasan sebelumnya bahwa hormon etilen memiliki peran penting dalam proses
pengguguran daun.
Hormon Sitokinin
Proses
pengguguran daun biasanya didahului dengan penuaan (senescence). Selama proses
ini berlansung terjadi penyusutan struktur dan kerusakan membran sel.
Senescence disertai dengan hilangnya klorofil, RNA, protein, dan berbagai enzim
pada sel. Senescence juga dapat terjadi karena kurangnya pasokan sitokinin ke
daun. Sitokinin merupakan hormon yang berperan dalam penundaan penuaan. Apabila
pasokan sitokinin sedikit tentu saja proses penuaan tidak dapat ditunda,
selanjutnya pengguguran daun akan semakin cepat. Tipe senescence pada tumbuhan
terdiri dari beberapa tipe yaitu:
overall senescence
proses penuaan ini terjadi pada seluruh
bagian tumbuhan dan akibatnya akar serta bagian atas tumbuhan mati.
top senescence
proses
penuaan ini terjadi pada bagian atas tumbuhan di atas tanah
deciduous
senescence
proses penuaan ini mengakibatkan gugurnya
semua daun pada tumbuhan
progessive
senescence
proses penuaan ini mengakibatkan gugurnya
daun – daun yang berada di bagian bawah saja atau hanya daun – daun yang tua.
Gerak pada Tumbuhan
Pengguguran
daun juga melibatkan beberapa gerak pada tumbuhan seperti gerak fototropisme
dan gerak epinasti. Gerak fototropisme merupakan gerak yang disebabkan oleh
rangsangan berupa cahaya. Awalnya daun memiliki jumlah auksin yang merata pada
semua permukaan daun, namun ketika ada rangsang cahaya yang mengenai bagian
sekitar tangkai daun (daerah terang) maka auksin pada tangkai daun dipindahkan
ke tajuk daun (daerah gelap). Karena auksin memiliki massa yang berat maka
kondisi perpindahan auksin ke tajuk daun menyebabkan tajuk daun rebah ke bawah.
Hal ini tentu akan berhubungan dengan adanya zona absisi pada daun, karena saat
dinding sel – sel pada zona absisi terurai maka akan semakin mudah daun lepas
dari tangkainya.
Kemudian
gugurnya daun juga dipengaruhi oleh gerak epinasti. Gerak ini berupa gerakan membengkok ke bawah. Gerak ini terjadi
pada tangkai daun tepatnya di zona absisi. Epinasti tangkai daun terjadi akibat
memanjangnya bagian atas sel – sel parenkim pada zona absisi. Pemanjangan ini
tentu disebabkan oleh adanya etilen pada daerah tersebut. Dalam prosesnya,
awalnya hormon etilen membuat daun mengalami klorosis, kemudian meningkatnya
penebalan batang/tangkai, pelayuan, epinasti batang/tangkai, dan akhirnya
pengguguran daun.
DAFTAR
PUSTAKA
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.
Soedradjad. Respon tanaman terhadap cekaman tanaman. 07 Juni 2011. 12.33 WIB. Soedradjad.faverta@unej.ac.id.
Soerodikoesoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wawan A Setiawan. 07 Juni 2011. 12.45 WIB. Zat Pengatur Tubuh. http://www.google.co.id/ZPT-dalam-Pertumbuhan-dan-Perkembangan.
Nama : Kanahaya Shakila
BalasHapusKelas : 9f
1. Dampak limbah yang dihasilkan oleh pabrik tempe bagi lingkungan adalah:
a. Air sungai berubah menjadi keruh dan berbau.
b. Air Sungai menjadi tidak steril dan menjadi sarang penyakit.
c. Kehidupan makhluk hidup di sekitar sungai menjadi terganggu seperti ikan.
2. Cara menangani limbah pabrik tempe yaitu :
a. tidak langsung membuangnya, melainkan limbah tersebut di tampung dahulu dalam sebuah wadah/tempat.
b. kemudian setelah limbah terkumpul, limbah diolah agar tidak membahayakan dan menimbulkan polusi ataupun pencemaran.
c. setelah diolah dan diyakini telah aman, limbah tersebut baru dibuang.